Senin, 13 Desember 2010

Analisis Sinetron Islam KTP

Nama : Dirawan Azhar
Kelas : Ilmu komunikasi reg A/08
NIM : 0802055112
Tugas Mata Kuliah Sosiologi Komunikasi

Judul Sinetron : Islam KTP

Tayang : Tertanggal 10-12-2010 , pukul 17.30-21.00 WIB / 18.30 -22.00 Wita
Tema : Religi, Komedi

Nama tokoh : 
- Idrus mardani berperan sebagai Ustad ali
- Reza aditya berperan sebagai Mamat
- Aiman ricky berperan sebagai Karyo
- Martina Aisyah berperan sebagai Sabina
- Lionil hendrik berperan sebagai jinan
- Qubil berperan sebagai madhit
- dll


Sipnosis : ISLAM KTP merupakan program seri komedi religi yang menuturkan kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh manusia pilihan. Biasanya, kelebihan atau kemampuan menyadarkan ini justru dimiliki wali Allah untuk menyadarkan mereka yang telah salah jalan. Cara penyampaiannya pun kerap unik dan tidak masuk akal, atau bahkan kontoversi. Sesungguhnya, itulah ujian bagi manusia dan hasilnya sungguh mencerahkan.

Kesadaran muncul tidak melewati nasihat ataupun contoh. Justru ujian dan cobaanlah yang menyadarkan manusia. Hanya manusia dengan kemampuan mencapai Ma'rifat yang mampu melakukan semua ini, Ustad Ali adalah contoh wali Allah yang selalu mempunyai cara-cara unik untuk memberi penyadaran bagi orang lain. Bagaimana dia harus menyadarkan seorang ustad yang begitu pelit dalam beribadah, meskipun sang ustad dilimpahi rezeki.


Begitu juga dua tokoh, Mamat yang seorang pengangguran, dan Karyo yang bekerja sebagai petugas kebersihan kampung. Lewat sentuhan Ustad Ali, kedua tokoh ini akhirnya sadar bahwa apa pun posisi mereka, mempunyai tanggung jawab yang sama di mata Allah. Memberi penyadaran bahwa bekerja adalah ibadah, hanya bisa dilakukan Ustad Ali tanpa menyinggung perasaan mereka.


Tokoh-tokoh lain dalam seri komedi religi ini adalah Sabina, anak Ustad Ali. Seperti layaknya anak kuliahan, Sabina mempunyai masalah dalam kehidupan cintanya. Jinan, kekasih Sabina, ngebet ingin menikahi kekasihnya itu. Pasalnya, pacaran menurut Ustad Ali tidak Islami.


Belum lagi kehadiran Mahdit, pria yang selalu mencatat setiap amal kebaikan yang telah diperbuat. Memberi sedekah, membangun musala, bahkan menolong orang miskin pun dicatat dalam buku miliknya, catatan amal.


Suatu ketika, mushala yang didirikan oleh Mahdit terbakar. Anehnya, Ustad Ali justru bersyukur. Warga tentu saja kaget mendengar ucapan Ustad Ali.


Ternyata, rasa syukur itu justru menyadarkan Mahdit bahwa setelah musala terbakar, pria itu tidak usah bersusah payah mencari amalan. Biar catatan amal baik itu menjadi rahasia Allah SWT.



Analisis : Sinetron Islam KTP adalah sinetron yang bertemakan religi dan komedi, meski topik yang diangkat kadang cukup serius, tapi sinetron ini tetap menghibur karena disampaikan dengan dialog humor. Bukan tanpa alasan jika pesan sinetron religi ini dibalut dialog segar, Agar lebih mudah sampai jika dibalut dengan nuansa komedi. Apalagi, ada fenomena masyarakat saat ini masih cenderung lebih menyukai acara-acara komedi yang bisa mengundang tawa.

Pada episode tertanggal 10-12-2010, sinetron Islam KTP menceritakan tentang pertaubatan si dul, karena si dul merasa meskipun islam sedari lahir tapi selama ini tidak pernah menjalankan perintah agama atau dengan kata lain hanya islam KTP, meskipun si dul mendapat cemoohan dari banyak orang yang tidak percaya pada pertaubatannya, tapi karena dia bersungguh-sungguh ingin beerubah maka cemoohan tersebut tidak dihiraukannya, pada episode kali ini terselip pesan bahwa tidak ada kata terlambat untuk bertaubat, seperti yang disampaikan oleh bang ali (idrus mardani) “jangan menghakimi orang yang pernah berbuat salah, karena setiap orang yang bersalah mempunyai kesempatan untuk bertaubat, barang siapa mengaku islam tapi menghakimi orang yang pernah berbuat salah sedangkan orang tersebut mempunyai keinginan untuk bertaubat, keislamananya tak lebih dari sekedar pengakuan sedangkan perilakunya seperti orang-orang majusi, jangan melihat seseorang dari kesalahan yang pernah diperbuatnya, meskipun dulunya orang tidak benar dengan taubatan nasuha insya Allah kesalahan-kesalahan dimasa lalu akan diampuni”.


Dalam penggalan cerita diatas secara tidaak langsung bang ali berusaha menyampaikan unsur-unsur dakwah (Religi), yaitu mengajak semua orang untuk tidak putus asa jika dimasa lalu pernah berbuat suatu kesalahan, karena semua kesalahan dan dosa dimasa lalu dapat dihapus dengan taubatan nasuha yaitu taubat yang benar-benar dilakukan untuk mengharap ampunan dari Allah swt dan berjanji tidak mengulangi perbuatan yang sama.



Mewakili unsur komedi , di penggalan cerita yang lain dikisahkan sosok mahdit mushawarah (Qubil) yang ingin menyantuni anak-anak yatim, dia menyuruh seorang satpam untuk mengumpulkan anak-anak yatim yang ada dikampungnya, karena keluguan satpam tersebut terjadi kelucuan yang mengundang tawa, saat kembali kerumah mahdit bersama serombongan barisan dengan percaya diri satpam itu berkata “Tugas sudah dilaksanakan bos”, tapi wajah mahdit langsung memerah saat melihat barisan yang dikumpulkan oleh si satpam ternyata bukan anak-anak yatim melainkan sekumpulan orang lanjut usia, dengan berang si mahdit berkata kepada satpam “Bahlul ente, bukannya anak-anak yatim yang dikumpulkan kenapa orang-orang lanjut usia?” Dengan lugunya si satpam menjawab “ini juga sekumpulan yatim yang harus disantuni, encang saya juga ada tuh bos, dia kan termasuk anak yatim karena tidak lagi memiliki bapak”, kata si satpam dengan wajah tololnya.

Unsur komedi diatas sengaja diselipkan untuk menarik apresiasi pemirsa agar setia menyaksikan kelanjutan cerita Islam KTP hingga durasi film selesai, seperti yang telah dijelaskan diatas bahwa ada fenomena masyarakat saat ini masih cenderung lebih menyukai acara-acara komedi yang bisa mengundang tawa, hal ini bisa dibuktikan dari data terakhir lembaga survei AGB Nielsen, sinetron ini memiliki rating rata-rata mencapai 2,0 dan audience share 25,2%.


Nilai atau norma : dalam cerita ini banyak hikmah yang dapat diambil, diantaranya dari karakter bang ali (Idrus mardani), bahwa untuk menyampaikan kebaikan (berdakwah) bukanlah hal yang sulit, bisa dilakukan dari hal terkecil sekalipun, dan yang paling terpenting adalah penyampaiannya harus baik agar mudah diterima oleh orang lain, sampaikanlah kebaikan walaupun hanya satu ayat, saling mengingatkan dalam kebaikan.nisccaya akan mendekatkan pribadi seseorang pada sang pencipta.


Dengan menyaksikan sinetron ini, pemirsa juga dibimbing untuk menjauhi perilaku angkuh, sombong, dan mau menang sendiri, seperti perilaku yang ditampilkan oleh tokoh mahdit musyawarah, bahwa dengan keangkuhannya tidak akan menghasilkan sesuatu kemaslahatan sama sekali, melainkan dijauhi oleh orang-orang yang tidak suka padanya, karena yang berhak angkuh hanya sang maha pencipta yang dunia ini ada digenggamannya.


------


-Rahza Nawarid-